Sabtu, 09 April 2011

#2nd Piece - [Start!] “My Life”

– Tomorrow, at Royal College SHS ; 6.30 PM –

“EunJae-ya!!”
“Minra?”
“Tebak.. Apa yang membuatku senang?”
“Kau sekelas dengan si ikan”
“Yup! Dan kau, lagi-lagi sekelas dengan Hyukjae! Wah, kalian memang jodoh”
“Cish! Jodoh apanya! Kita berempat, entah kenapa selalu sekelas sih” =__=
“BERLIMA !!”
“Mwo???!! Jadi kau juga sekelas denganku?”
“Kenapa? Kau tampak tak senang sekelas dengan kami -___- ” selidik Minra dan Hyorin.
“Aku heran saja.. Sudah berapa tahun coba kita sekelas. Ditambah dua orang bodoh itu”
“Hey..Hey..Hey.. Siapa yang kau katai bodoh hah?” sela Hyukjae tiba-tiba.
“Chagiiii! Dia mengatai mu bodoh!” teriak Minra ketika Donghae datang.
“Ah, biarkan saja.. Ayo kita masuk kelas chagi” ajak Donghae, diikuti oleh Hyorin di belakang mereka.
“Hyuk, sini sebentar” bisik EunJae sambil menarik tangan Hyukjae.
“Heeeyy!!!” ronta Hyukjae.




– At School Garden –

“MWOOO???!!!” teriak Hyukjae.
“Ne! Dan entah kenapa aku sekarang jadi sangat-sangat kesal dengan si namja sok tau Cho Kyuhyun itu”
“Mwo? Harusnya kau manfaatkan kesempatan kemarin”
 “Ya! Dia kan idola kesayanganmu! Eh, malah kamu sia-siain. Tunggu, kok kamu bisa nggak kenal dia sih?”
“Aku juga nggak tau.. Pantes rasanya aku kaya pernah liat dia.. Pas si Yoochun teriak-teriak aku baru sadar itu… Kyuhyun”
“Babo!” jitak Hyukjae.
“Oh iya.. Kemarin-kemarin, aku udah cerita kan kalo aku dijodohin?”
“Hmm.. Ne”
“Gimana menurutmu? Kalo aku nolak.. Kasihan appa”
“Bagaimana kalau coba bertemu dengan orangnya saja dulu”
“Ah! Nggak mau ah!”
“Eh? Sapa tau itu Kyuhyun” canda Hyukjae
“Nggak mungkin bodoh!” sahut EunJae sambil membalas jitakan Hyuk.
“Udah ah, masuk yuk!” ajak Hyukjae.

– Break Time ; 10.00 AM –

“Ke kantin yuk!” ajak Hyorin.
“Males ah” jawab Eunjae
“Yaahh.. Nanti aku jadi kacang deh.. Kan Minra ama Donghae”
“Biarin”
“Yaaaa! EunJae-ya!”
“Nde.. Nde..”

-At Canteen-

Minra dan Donghae sedang bermesraan sambil makan berdua di kantin. Sedangkan, Hyorin dan EunJae hanya menatap mereka dengan tatapan aneh.  Lee Hyukjae malah bermain sepak bola bersama anak-anak dari kelas lain. Kini, EunJae tengah sibuk dalam benaknya. Dalam hati, Eunjae masih berpikir, siapakah orang yang dijodohkan dengannya? Tiba-tiba.. Pucuk dicinta, ulam pun tiba.. Jungsoo haraboji menelepon EunJae.

“Yoboseyo”
“Eunjae-ya.. Sebentar lagi haraboji akan menjemputmu. Kau harus ikut dengan haraboji”
“Mwo??!! Untuk apa?”
“Sudah! Tak usah protes”
Tuut.. Tuut.. Tuut..

“Wae?” Tanya Minra dan Hyorin.
“Haraboji mengajakku pergi mendadak”
“Eh?! Kemana? Tumben” sela Donghae.
“Mungkin bertemu dengan sang calon suami” sahut Hyukjae yang muncul secara  tiba-tiba.
“MWO??!!” EunJae membelalakkan matanya.

“Nona, haraboji telah menunggu” kata seorang namja setengah baya tiba-tiba.
“Secepat itukah?” EunJae keheranan.
“Wah! Selamat ketemu calon suami ya!” teriak Minra dan Hyorin sambil melambaikan tangan, diiringi tawa Donghae dan Hyukjaae.
“Yaaaa! Awas ya nanti!” teriak EunJae seraya menjauh.

– After Break Time ; 10.30 AM at X-1 Class  –

“Dimana EunJae?” Tanya wali kelas X-1.
“Tadi dia tiba-tiba dijemput oleh haraboji nya” jawab Minra.
“Kenapa dia tidak memberitahu saya?”
“Tadi katanya sangat mendadak. Appa nya tiba-tiba kritis” sela Hyukjae.
“Oh. Baiklah kalau begitu” wali kelas pun tampak memakluminya.
“Psst! Hyuk! Kalau appa EunJae beneran kritis gimana coba? Bohong gak kira-kira” bisik Donghae.
“Udahlah. Daripada semuanya kena marah nanti”

– At Lá Lümiere Cafè  –

“Untuk apa kita kemari haraboji?”
“Sudah, kau diam saja kenapa. Nah itu dia!”
“Eh, nugu?”
“Teman haraboji, kakek dari calon suamimu”
“MWOYA??!!” teriak EunJae histeris.
“Sudah! Jangan berteriak. Kau membuat haraboji malu”

“Maaf kami terlambat”
“Oh. Tak apa Jungsoo-sshi”
“Ini, cucuku EunJae. Ah! Di mana cucumu?”
“Maaf. Sepertinya dia sedikit terlambat. Karena dia cukup sibuk”
“Oh.. Aku mengerti. Kurasa EunJae juga bisa maklum”
“Ah iya.. EunJae-ya.. Tenang saja, jika kalian sudah menikah nanti, dia akan kusuruh berhenti bekerja seperti itu”
“Mwo?! Menikah?”
“Kau tak perlu cemas EunJae-ya. Cucuku itu namja yang sangat tampan. Dia juga cekatan dan pandai. Namun, dia memang sedikit dingin. Tapi, sebenarnya hatinya baik EunJae-ya”

EunJae terhenyak mendengar kalimat yang diucapkan oleh pria setengah baya itu. Dia, siswi kelas 1 SMU dijodohkan dengan pria mapan yang telah bekerja? Dia tak bisa mempercayainya. Tega-teganya kakeknya menjodohkan dia dengan seorang ahjusshi. Tampan? Tampan untuk ukuran seorang remaja itu berbeda jauh dari tampan untuk ukuran seorang kakek-kakek. Bisa saja menurut kakek itu tampan, tapi ternyata calon suami EunJae adalah seorang ahjusshi berjenggot tebal. Muka EunJae kini tengah memucat bak mayat hidup.

“Kau sakit?” Tanya Jungsoo haraboji.
“Ani.. Aku hanya sedikit pusing”
“Apakah tak apa-apa? Kalau parah, sebaiknya pulang saja”
“Tapi kita belum bertemu cucu mu kan?”
“Tenang saja Jungsoo, lain kali kan bisa”
“Jinja?”
“Ne.. Aku tak ingin cucumu itu sakit, Jungsoo-sshi”
“Baiklah. Aku ijin pamit dulu ya. Ayo, EunJae-ya”

– On the way, near Lá Lümiere Cafè  –

“Ck! Untuk apa sih pria tua itu mengajakku kemari? Tak puaskah selama ini mengatur hidupku? Sekarang mengatur calon istriku pula! Arrrgh!” gerutu seorang namja sambil berlari menuju Lá Lümiere Cafè. Namun, tiba-tiba dia berhenti di tikungan jalan. Dia tertegun sejenak.
“Mwo? Bukankah itu gadis bodoh kemarin? Untuk apa dia bersama Presdir di depan restoran itu? Tunggu dulu.. Presdir mengajakku bertemu di sini untuk menemui calon istriku bukan? Dan.. Sekarang Presdir tengah mengantar gadis itu ke dalam sebuah mobil. Apa berarti… “MWO??!! ANDWAE!!” teriak namja itu tiba-tiba. Orang yang dimaksud Presdir itu pun menyadari keberadaannya.

“Kyuhyun? Sedang apa kau di situ?”
“Presdir?”
“Sayang sekali, kau sedikit terlambat Kyu”
“Maksud anda?”
“Calon istrimu baru saja pulang karena tidak enak badan”
“Tunggu.. Maksud anda?”
“Ya. Gadis tadi adalah calon istrimu”
“MWOOO??!!”
“Wae, Kyu?”
“Tak apa, Presdir”
“Kyu.. Bisakah tak memanggilku Presdir jika di luar kantor?”
“Mwo?”
“Aku ini harabojimu Kyu.. Seumur hidupku, aku tak pernah mendengarmu memanggilku haraboji
“Sejak aku masih kecil, anda yang menyuruhku memanggil anda Presdir bukan?”
“Kyu.. Itu..”
“Sudahlah. Sepertinya aku sudah tak ada urusan di sini. Permisi Presdir”
“Kyu!”

Kyuhyun POV

Aaaah.. Iya.. Seumur hidup aku tak pernah memanggil nya haraboji. Hanya noona yang memanggilnya haraboji. Entah kenapa, dari dulu aku sangat membencinya. Hingga tak sanggup memanggilnya haraboji.. Mungkin ini semua karena dia telah membunuh Eomma.. Eomma kandungku. Yang telah melahirkanku ke dunia ini.. Ya.. Ternyata Eomma yang telah membesarkanku bukanlah Eomma kandungku. Aku mengetahuinya ketika tak sengaja mendengarkan pembicaraan Presdir dengan anak buahnya. Kala itu, aku baru berumur 10 tahun. Cukup pandai untuk mengetahui isi pembicaraan orang dewasa. Aku yang sejak dulu telah membenci nya, kini makin membencinya. Ternyata, aku adalah anak dari seorang wanita yang di bayar oleh Eomma ku demi Appa yang ingin memiliki anak laki-laki. Kemudian, sesaat setelah aku lahir Eomma kandungku di bunuh oleh Presdir. Bukankah ini tampak seperti sinetron?
Lalu… Saat itulah dia datang.. Park Mi Young.. Dia datang menghiburku yang sedang uring-uringan ini. Menenagkanku. Menjagaku. Selalu berada di sampingku. Hingga akhirnya perlahan tapi pasti, ada seberkas perasaan yang terus bertumbuh di dalam hatiku. Ya, aku mencintainya. Kemudian, aku menyatakan perasaanku padanya. Ternyata perasaanku bersambut! Kami berpacaran cukup lama.. Hingga akhirnya malam itu pun tiba. 24 Desember.. 7 tahun yang lalu. Dia menghembuskan nafas nya yang terakhir, di pangkuanku. Tepat ketika aku menyanyikan lagu ciptaanku khusus untuknya. Yang kujadikan hadiah Natal ku untuk nya. Namun, aku merasa aneh.. Aku merasa gadis itu bukanlah Mi Young.. Tatapan matanya yang teduh.. Senyumannya yang lembut.. Tangannya yang hangat.. Malam itu, aku tak merasakannya sama sekali.. Walau itu raga Mi Young, namun aku merasa itu bukanlah Mi Young.. Bukan Park Mi Young yang kucintai..
“Oppa lihat! Ada bintang jatuh!”
“Nde chagi! Make a wish! Make a wish!”
Ck! Pasangan bodoh batinku. Bintang jatuh saja rebut sekali. Seumur-umur aku dan Mi Young belum pernah melihat bintang jatuh. Membuatku iri saja. Eh? Tapi sepertinya aku mengingat sesuatu.. Aku pernah melihat bintang jatuh . . .

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar